Sabtu, 20 April 2024

Keseimbangan Alam Semesta

Banyak orang—dari awam sampai ilmuwan—bertanya-tanya mengenai keberadaan peradaban-peradaban maju di masa lalu (termasuk bangunan sampai teknologi), yang bahkan lebih maju dibanding zaman sekarang. Mengapa, dan bagaimana, keanehan semacam itu bisa terjadi?

Orang zaman kuno bisa membangun Piramida Giza, Stonehenge, sampai Borobudur. Orang zaman sekarang belum tentu bisa melakukan hal serupa. Di Baghdad, ada penemuan baterai berusia ribuan tahun. Sementara di Gabon, ada temuan reaktor nuklir yang telah beroperasi 500 ribu tahun.

Bagaimana orang-orang kuno yang hidup ribuan tahun lalu bisa melakukan dan menghasilkan sesuatu yang tidak/belum bisa dilakukan orang zaman sekarang? Bagaimana mereka di zaman kuno bisa mencapai peradaban hebat yang belum bisa dicapai orang zaman sekarang?

Sekarang kita tahu jawabannya. 

Thanos.

Ribuan tahun lalu, manusia telah mencapai puncak peradaban, tapi terlalu banyak populasi. Lalu Thanos muncul dengan Infinity Stones, dan memusnahkan semuanya, sementara Avengers belum lahir. Lalu peradaban kembali dibangun dari nol...

Ya tentu saja gak gitu, sih.

Cuma, soal kelebihan populasi itu kemungkinan memang menjadi penyebab hancurnya peradaban-peradaban masa lalu. Meski ukuran "banyak populasi" itu juga relatif, dalam arti berbeda dengan ukuran "banyak populasi" di masa kini.
Satu contoh yang gamblang adalah lenyapnya Suku Maya.

Suku Maya telah diakui sebagai pembangun peradaban hebat, yang bahkan membuat orang modern takjub, karena Suku Maya membangun peradaban hebat itu ribuan tahun lalu. And then, Suku Maya lenyap... tanpa bekas.

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan kebingungan—bukan hanya karena kehebatan peradaban Suku Maya, tapi juga soal lenyapnya mereka. Ke mana orang-orang (yang jumlahnya tentu banyak) itu hilang? Mengapa mereka lenyap begitu saja, meninggalkan temuan-temuan hebat yang mengagumkan?

Sebegitu misterius soal itu, sampai ada orang-orang yang percaya bahwa Suku Maya diculik alien, karena mereka (alien) ingin mendapatkan pengetahuan-pengetahuan hebat yang dimiliki Suku Maya.

Tapi, sekali lagi, yang terjadi sesungguhnya tentu tidak begitu.

Belakangan, setelah bertungkus lumus puluhan tahun dalam penelitian panjang bercampur rasa penasaran yang akademis dan environmental, para ilmuwan akhirnya mengetahui penyebab musnahnya Suku Maya. Dan ternyata penyebabnya "sepele".

Paceklik! Gagal panen!

Owalaaaah...

Kita yang hidup di zaman sekarang mungkin menertawakan penyebab itu—paceklik—karena kita kini hidup dengan makanan berlimpah. Tapi ribuan tahun lalu, gagal panen bisa memusnahkan ribuan orang, ketika (sisa) makanan yang tersedia tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan populasi.
Kelebihan populasi telah melenyapkan Suku Maya. Dengan kemajuan dan kehebatan yang mereka miliki, di zamannya, mungkin mereka tidak pernah terpikir bahwa suatu saat bencana paceklik terjadi, dan akan melenyapkan mereka. 

Well, persis seperti yang sekarang kita alami.

Bahkan, jika kita mau mempelajari bencana banjir besar ribuan tahun lalu—yang melenyapkan setengah populasi dunia di masa itu—sebenarnya inti masalahnya juga kelebihan populasi. Meski legenda dan berbagai mitologi kemudian "membelokkan" asal usul bencana itu.

Kisah banjir besar tidak hanya dimiliki agama-agama samawi, tapi juga oleh berbagai peradaban dan bangsa di dunia, dengan aneka kisah di dalamnya. Di dalam agama tentu terkait kisah Nabi Nuh yang umatnya diazab dengan banjir besar. Tapi itu hanya satu kisah, masih banyak lainnya.

Dalam legenda Sumeria, bencana banjir besar diceritakan terkait orang bernama Ziusudra dan Enki. Di Babilonia, kisah banjir besar diceritakan dalam epos Gilgames, yang mengisahkan seseorang bernama Ea. Di Akkadia, banjir besar dikisahkan dalam epos Atrahasis, dan seterusnya.

Hampir semua bangsa di muka bumi punya kisah tentang bencana banjir besar yang menghancurkan peradaban dan melenyapkan lebih dari setengah populasi di masa itu. Semuanya dituturkan dengan kisah beragam, tapi intinya sama: Bencana besar itu "menyeimbangkan" alam semesta.

Karenanya, ketika menyaksikan Avengers: Infinity Stones, aku benar-benar takjub pada penulis kisahnya. Kalimat-kalimat yang diucapkan Thanos itu sebenarnya diambil dari manuskrip-manuskrip kuno. Bahkan misi Thanos sebenarnya "rekaman pengetahuan dari masa ribuan tahun lalu".


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 5 Mei 2019.

 
;